Beberapa waktu lalu saya saling berkirim pesan di facebook dengan seorang kawan yang pernah saya temui di Rumah Singgah, Lombok. Seperti biasa, tanya kabar dan basa-basi, tentu agar tak memutus tali pertemanan juga. Siapa tau bisa berjumpa lagi di lain tempat.
Betapa bahagianya punya banyak kawan. Banyak kawan, banyak wawasan. Terlebih jika mempunyai hobi yang sama : jalan-jalan.
Teks pesan masuk saling menyalib di kolom chating. Topik yang kami bahas semakin melebar bermacam-macam. Dan yang terakhir sudah bisa di tebak : "Selanjutnya mau kemana bang?" Selidiknya.
Hampir semua orang yang saya kenal di jalan pasti ujung-ujungnya melontarkan pertanyaan yang seragam : "Mau kemana? Kapan berangkat?" Pertanyaan klasik bagi para pelancong seperti mereka, bukan?
Jujur, saya selalu bingung jika ditanya hal demikian. Selama ini saya jarang sekali konsisten dengan tujuan. Tujuan saat traveling maksudnya. Saya juga tidak pernah membuat perencanaan matang tentang itinerary. Besok punya hasrat ke sini, tapi kenyataan bisa berubah sembilan puluh derajat. Kecuali, kalau memang bepergian dengan banyak orang dan disitu saya hanya sebagai penumpang gratis. Maka mau tak mau harus menurut. Intinya, jika ada rejeki dan waktu luang, kapan saja akan berangkat.
Bang Amin namanya, saya biasa menyebutnya begitu. Seorang pemuda dari Banten yang kerap melanglang buana dengan motor vespanya. Di chating terakhir dia menginformasi ke saya jika dia akan keliling Sulawesi. Entah Sulawesi mana, saya juga belum sempat bertanya secara detail kemana tujuan destinasinya. Tapi bisa di tebak, dia yang selalu memanggil-manggil saya “Elu” itu pasti lebih memilih dan senang merayapi aspal hitam Bumi Sulawesi dengan klub Vespanya.
***
Banten. Tentang tempat tinggalnya. Percakapan saya dengan Bang Amin itu menyiratkan ide tujuan. Seketika pada menit itu juga ada keinginan besar untuk menjelajah Banten. Ya, Banten. Kenapa tidak kesana saja libur lebaran nanti? Ditambah lagi kaki ini belum pernah menginjak tanah di provinsi tersebut.
“Kesini aja Elu bang, Nanti Gua ajak ke Baduy, Atau ke Anyer” salah satu pesan Facebook darinya. “Baik, Bang Amin...Ntar “Gua” Insya Allah kesana. Jawab saya, sambil memaksakan kata “Gua” karena tidak terbiasa, walaupun hanya dengan teks yang saya ketik melalui keyboard.
Semoga rencana kali ini berjalan dengan lancar, memenuhi janji sang kawan untuk singgah di kotanya. Semoga tidak ada nafsu untuk berpaling ke kota lain. Semoga, Bang Amin! Saya membatin.
[caption id="attachment_747" align="aligncenter" width="500"]
Kampung Suku Baduy Via cumilebay.com [/caption]
Mendengar kata Baduy, saya jadi teringat satu lagi kawan saya. Seorang kawan yang menempuh pendidikan Seni budaya di Ibukota. Ia memberi kabar (lebih tepatnya mengiming-iming) jika dirinya baru saja berkunjung ke Baduy Dalam.
Baduy Dalam mempunyai pantangan yang lebih ketat katanya, tidak ada yang memakai pakaian selain putih, hitam, dan biru dongker. Masyarakatnya dilarang menggunakan bahan-bahan kimia yang bisa mencemari alam seperti sabun, pasta gigi dan sampo. Saya hanya mendengar ceritanya sambil di ikuti rasa penasaran, memendam keinginan sementara bisa melebur bersama warga suku lokal, dan sesekali bertanya bagaimana akses menuju kesana? Bagaimana jalur untuk berjalan kaki disana?
Kalender yang menempel di dinding rumah juga pernah ada yang bergambar rumah Suku Baduy, yang bentuknya hampir seragam, berwarna cokelat dan beratap ijuk. Letaknya di bawah kaki pegunungan, dengan pohon-pohon besar yang menaungi, tentu hawanya sejuk dan pastinya menenangkan.
Bagaimana saya tidak tertarik?
Empat bulan ternyata cukup lama dan membosankan bagi para pejalan untuk berdiam diri. Apalagi jika tinggal di Kota Surabaya yang setiap hari penuh macet, udara panas yang membuat gerah saat pintu kamar kos berukuran 4x4 ditutup.
Saat menulis ini, saya sambil berandai-andai bisa berlibur secepatnya, menikmati udara segar Pantai Pulorida sambil mendengar MP3 lagu klasik karya Komponis Agustin Barrios yang berjudul Julia Florida. Selanjutnya menikmati malam, mencari Hotel Di Anyer dengan memesanya lewat Traveloka yang prosesnya cepat dan mudah itu. Kenapa Traveloka? Karena Traveloka sudah terpercaya dan merupakan Travel agent online terbesar di Indonesia.
Ahh, saya sudah tidak sabar menanti liburan. (hampir lima bulan saya fakir traveling).
Kata “Anyer” yang di lontarkan Bang Amin juga melempar saya ke belasan tahun lalu. Saya teringat pelajaran sejarah waktu sekolah dasar. Sejarah besar dan kelam saat para kolonial menginvasi Tanah Air. Dan bagi anda yang penyuka sejarah, pasti tidak asing dengan yang namanya Deandels. Ya, Herman Willem Daendels, tokoh besar dari negara kincir angin. Seorang Jendral yang terkenal kejam dikalangan rakyat jelata. Seorang jendral yang membuat proyek besar pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan.
Anyer ternyata juga mempunyai berderet-deret pantai yang memesona. Pantai Marbella misalnya, Bersih, biru, dan sepertinya cocok untuk menikmati matahari tenggelam di kala sore. Atau Pantai Anyer dengan pasir putihnya yang lembut itu, pastinya menggoda siapa saja untuk membuat tumpukan pasir, mengukir nama-nama yang terkasih kemudian memotretnya dalam bingkai foto.
Baduy dan Anyer, adalah sebuah angan. Bayangan-bayangan dan ingatan itu semakin mendorong keinginan besar, keinginan besar untuk berkunjung ke Provinsi muda tersebut. Atau barangkali nanti saya akan khilaf menyebrang ke Lampung sekalian, menikmati pertunjukan gajah liar berjalan gemulai di Taman Nasional Way Kambas, pasti akan lebih menarik.
[caption id="attachment_749" align="aligncenter" width="500"]
Pantai Marbella via liburandulu.com[/caption]
***
Rencana kadang memang tidak sesuai ekspetasi. Tapi, paling tidak saat ini saya sudah mempunyai perencanaan (silaturahmi ke Bang Amin) dan gambaran-gambaran apa yang terjadi, kemana melangkah, kapan berjalan. Dan yang terpenting mengusahakan agar tujuan perjalanan selalu berkesan.
Ada rekomendasi tempat menarik di Banten?
Betapa bahagianya punya banyak kawan. Banyak kawan, banyak wawasan. Terlebih jika mempunyai hobi yang sama : jalan-jalan.
Teks pesan masuk saling menyalib di kolom chating. Topik yang kami bahas semakin melebar bermacam-macam. Dan yang terakhir sudah bisa di tebak : "Selanjutnya mau kemana bang?" Selidiknya.
Hampir semua orang yang saya kenal di jalan pasti ujung-ujungnya melontarkan pertanyaan yang seragam : "Mau kemana? Kapan berangkat?" Pertanyaan klasik bagi para pelancong seperti mereka, bukan?
Jujur, saya selalu bingung jika ditanya hal demikian. Selama ini saya jarang sekali konsisten dengan tujuan. Tujuan saat traveling maksudnya. Saya juga tidak pernah membuat perencanaan matang tentang itinerary. Besok punya hasrat ke sini, tapi kenyataan bisa berubah sembilan puluh derajat. Kecuali, kalau memang bepergian dengan banyak orang dan disitu saya hanya sebagai penumpang gratis. Maka mau tak mau harus menurut. Intinya, jika ada rejeki dan waktu luang, kapan saja akan berangkat.
Bang Amin namanya, saya biasa menyebutnya begitu. Seorang pemuda dari Banten yang kerap melanglang buana dengan motor vespanya. Di chating terakhir dia menginformasi ke saya jika dia akan keliling Sulawesi. Entah Sulawesi mana, saya juga belum sempat bertanya secara detail kemana tujuan destinasinya. Tapi bisa di tebak, dia yang selalu memanggil-manggil saya “Elu” itu pasti lebih memilih dan senang merayapi aspal hitam Bumi Sulawesi dengan klub Vespanya.
***
Banten. Tentang tempat tinggalnya. Percakapan saya dengan Bang Amin itu menyiratkan ide tujuan. Seketika pada menit itu juga ada keinginan besar untuk menjelajah Banten. Ya, Banten. Kenapa tidak kesana saja libur lebaran nanti? Ditambah lagi kaki ini belum pernah menginjak tanah di provinsi tersebut.
“Kesini aja Elu bang, Nanti Gua ajak ke Baduy, Atau ke Anyer” salah satu pesan Facebook darinya. “Baik, Bang Amin...Ntar “Gua” Insya Allah kesana. Jawab saya, sambil memaksakan kata “Gua” karena tidak terbiasa, walaupun hanya dengan teks yang saya ketik melalui keyboard.
Semoga rencana kali ini berjalan dengan lancar, memenuhi janji sang kawan untuk singgah di kotanya. Semoga tidak ada nafsu untuk berpaling ke kota lain. Semoga, Bang Amin! Saya membatin.
[caption id="attachment_747" align="aligncenter" width="500"]

Mendengar kata Baduy, saya jadi teringat satu lagi kawan saya. Seorang kawan yang menempuh pendidikan Seni budaya di Ibukota. Ia memberi kabar (lebih tepatnya mengiming-iming) jika dirinya baru saja berkunjung ke Baduy Dalam.
Baduy Dalam mempunyai pantangan yang lebih ketat katanya, tidak ada yang memakai pakaian selain putih, hitam, dan biru dongker. Masyarakatnya dilarang menggunakan bahan-bahan kimia yang bisa mencemari alam seperti sabun, pasta gigi dan sampo. Saya hanya mendengar ceritanya sambil di ikuti rasa penasaran, memendam keinginan sementara bisa melebur bersama warga suku lokal, dan sesekali bertanya bagaimana akses menuju kesana? Bagaimana jalur untuk berjalan kaki disana?
Kalender yang menempel di dinding rumah juga pernah ada yang bergambar rumah Suku Baduy, yang bentuknya hampir seragam, berwarna cokelat dan beratap ijuk. Letaknya di bawah kaki pegunungan, dengan pohon-pohon besar yang menaungi, tentu hawanya sejuk dan pastinya menenangkan.
Bagaimana saya tidak tertarik?
Empat bulan ternyata cukup lama dan membosankan bagi para pejalan untuk berdiam diri. Apalagi jika tinggal di Kota Surabaya yang setiap hari penuh macet, udara panas yang membuat gerah saat pintu kamar kos berukuran 4x4 ditutup.
Saat menulis ini, saya sambil berandai-andai bisa berlibur secepatnya, menikmati udara segar Pantai Pulorida sambil mendengar MP3 lagu klasik karya Komponis Agustin Barrios yang berjudul Julia Florida. Selanjutnya menikmati malam, mencari Hotel Di Anyer dengan memesanya lewat Traveloka yang prosesnya cepat dan mudah itu. Kenapa Traveloka? Karena Traveloka sudah terpercaya dan merupakan Travel agent online terbesar di Indonesia.
Ahh, saya sudah tidak sabar menanti liburan. (hampir lima bulan saya fakir traveling).
Kata “Anyer” yang di lontarkan Bang Amin juga melempar saya ke belasan tahun lalu. Saya teringat pelajaran sejarah waktu sekolah dasar. Sejarah besar dan kelam saat para kolonial menginvasi Tanah Air. Dan bagi anda yang penyuka sejarah, pasti tidak asing dengan yang namanya Deandels. Ya, Herman Willem Daendels, tokoh besar dari negara kincir angin. Seorang Jendral yang terkenal kejam dikalangan rakyat jelata. Seorang jendral yang membuat proyek besar pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan.
Anyer ternyata juga mempunyai berderet-deret pantai yang memesona. Pantai Marbella misalnya, Bersih, biru, dan sepertinya cocok untuk menikmati matahari tenggelam di kala sore. Atau Pantai Anyer dengan pasir putihnya yang lembut itu, pastinya menggoda siapa saja untuk membuat tumpukan pasir, mengukir nama-nama yang terkasih kemudian memotretnya dalam bingkai foto.
Baduy dan Anyer, adalah sebuah angan. Bayangan-bayangan dan ingatan itu semakin mendorong keinginan besar, keinginan besar untuk berkunjung ke Provinsi muda tersebut. Atau barangkali nanti saya akan khilaf menyebrang ke Lampung sekalian, menikmati pertunjukan gajah liar berjalan gemulai di Taman Nasional Way Kambas, pasti akan lebih menarik.
[caption id="attachment_749" align="aligncenter" width="500"]

***
Rencana kadang memang tidak sesuai ekspetasi. Tapi, paling tidak saat ini saya sudah mempunyai perencanaan (silaturahmi ke Bang Amin) dan gambaran-gambaran apa yang terjadi, kemana melangkah, kapan berjalan. Dan yang terpenting mengusahakan agar tujuan perjalanan selalu berkesan.
Ada rekomendasi tempat menarik di Banten?
Aku suka lelah kalo di tanya "Mau kemana lagi mas cum ?? Kapan jalan ??? Ama siapa ???"
BalasHapusBiasa nya gw jawab "Mau pulang tidur"
Kalau bener-bener lelah jawabnya, biasanya aku jawab, kenapa? mau nraktir liburan? hahaha
BalasHapusIya ya mas ya? walaupun dengan orang yang baru kita kenal sekalipun kalau ceritanya menyangkut hobi yang sama,,, pembicaraan kadang jadi melebar kemana - mana ya mas ya? La kalau cerita dengan orang yang lain hobi akan beda ceritanya,,,,
BalasHapusKalau gitu aku tak nggak tanya deh mas sama mas Inggit mau kemana? dengan siapa? kapan berangkatnya?,,, hehehe
dan sekarang pun aku bingung mau ditanya liburan panjang mau ke mana hahahah. Kadang liburan dadakan itu menyenangkan.
BalasHapusApaa Mas Inggit yg sudah jauh ke pelosok belum menjelajah banten ?
BalasHapusga jauh beda sama saya sih..hahaha, tapi utk pengalaman perjalanan masih jauh dibandingkan pemilik blog "Laju Pejalan" :D
Tapi emang itu sih pertanyaan wajib bagi sesama penyuka travelling.. aslinya sih itu kata basa-basi habis mau ngobrol apa lagi, daripada garing wkwkw
BalasHapusterus klo kita mau bilang pergi kemana langsung di bawahnya komen "akohhhh iri" atau "take me away...."
BalasHapusTerus biasanya, di tambahin kalimat "aku ajakin dooooong" hahaha
BalasHapusBetul banget, saya rasa juga kadang gitu...bingung mau ngomong apa, akhirnya ya kalimat itu yang keluar. aha :D
BalasHapusEhe, belum sempet dari dulu pengen kesini...tapi gampang berubah pikiran, ahaha. Masah di jawa sendiri belum pernah ya. Duh...nggak sabar
BalasHapusYuk kak, dadakan ke surabaya...nanti aku traktir lontong balap :D
BalasHapusBetul, sepakat sama sampean...pastilah nyambung. Dan yang ada malah kepingin jalan terus, bikin kaki gatal. Ahahah
BalasHapussuku baduy hanya pernah mendengar dan melihat ditayang TV aja, klo bisa kunjung kesana pasti sangat berkesan mas.
BalasHapussmoga angannya menjadi realita
Semoga rencana dan angan bisa cepat tercapai... :D
BalasHapusAmin. Semoga :)
BalasHapusAmin :)
BalasHapusSemoga bisa ke Banten segera mas, biar ntar aku baca liputannya, he he he...Banten sudut pandang mas Inggit
BalasHapusSiap mbak monic, di tunggu saja ya :)
BalasHapusBaca Marbella jadi ingta mantan #malah tapi pantainya adem
BalasHapusCiye...yang pernah punya kenangan di pantai marbella aha!
BalasHapusSaya ke Banten, baru sebatas ke Pulau Merak Kecil, Banten Lama. Belum seutuhnya dari utara ke selatan, apalagi ke Taman Nasional Ujung Kulon hehehe. Semoga lekas terwujudkan mas! :)
BalasHapussuku badui wah kapan bisa lihat langsung kesana ya,... selama ini cuma lihat dan dengar saja kang
BalasHapusBanten yaaaa? Itu mah tempat saya.
BalasHapusHmmm...kemana yak?
Kalau suka yang bertualang, ke Baduy dalam, cocok juga Mas. Tapi naik turun bukit katanya sih. Saya belum pernah ke sana. Teman perempuan byk yang kapok kesana. Haha. Juaaauh katanya.
Pantai Sawarna juga bagus.
Oya, kalau mau daerah Anyer sih, saran saya mending ke arah Tanjung Lesung, pantainya lebih bersih atau Pulau Umang, atau sekalian nyebrang ke Pulau Peucang.
Nah, kalau suka sejarah, Banten Lama okey juga tuh Mas. Saya paling senang keliling situ, tapi kadang sebel juga banyak pungutannya. Saya beberapa ada review tempat wisata di Banten, tapi belum semua dituangin dalam tulisan sih.
Wah iya..saya kok gak kepikiran ke Merak Kecil sama Banten Lama. Terimakasih mas rifqy untuk infonya. Amin.
BalasHapusSama berarti mas :D
BalasHapusNah itu, saya pengen ke Banten Lama...baru kepikiran. Sepertinya asik bisa mengenal sejarah juga. Buanyak banget ternyata ya, saya baru tahu ini mbak...tempat2 menarik di Banten. Nanti saya mampir juga ke blognya mbak Levina, tak lihat1 review tempatnya...makasih ya mbak. :)
BalasHapusHmm memang susah kalau kita lagi gak mood malah banyak yang nanya, hmm jadi tambah kesel deh.
BalasHapuspengen banget maen ke suku baduy banten, tapi entar lah nunggu nikah dulu biar ada temen hihi
BalasHapusDi bawa santai aja mbak :)
BalasHapusBuruan nikah kalau gitu mas :)
BalasHapusKok gak pernah ada yang nanya ke saya "abis ini mau kemana?" ya. :|
BalasHapusHmm.. mungkin mereka tau saya tak akan kemana-mana, hanya di kamar menghabiskan segelas susu dan buku tebal. Ah nikmatnya.. :3
Sabar mas, nanti juga ada saatnya...membaca juga baik, bisa berfantasi kemana-mana :)
BalasHapusbanten kadang dilupakan ... padahal banyak sekali tempat yang eksotis dan menarik disana. Wisata sejarah, gunung, sungai, pantai dan budaya juga ada.
BalasHapusDari dulu pengen ke Baduy .. tapi belum kesampaian ...
Selama ini selalu hanya bisa menyaksikan foto keindahan pantai Anyer ataupun indahnya Banten, serta membaca kehidupan alami suku Baduy. Semoga bisa menikmati dengan mata kepala sendiri. Amin.
BalasHapusBetul mas...saya ingin menikmati Banten dengan bersepedah, keliling Banten Lama.
BalasHapusSaya pun masih demikian mas. Amin.
BalasHapusTerimakasih sudah mampir.
akhirnya daku kalo ditanya skrg bisa jawab. Mau kemana ? Mau cari judul Wkwk *mahasiswaakhir*
BalasHapusbtw itu nyebrang ke Lampung cuss krakatau mass hahak
Habis cari judul, wisuda, terus menikah ya. Amin
BalasHapusBenar sekali tuh mas rencana memang tidak selalu sesuai dengan apa yang sudah kita harapkan tapi setidaknya dengan adanya rencana akn membuahkan hasil yang tertata :)
BalasHapusSemoga saja terealisasikan mas Effendi...terima kasih sudah msau berkunjung ke blog ini :)
BalasHapus